Pengendalian Keluaran
Menurut Weber (1999, p615), subsistem
output menyediakan fungsi
yang menentukan isi
dari data yang akan disampaikan
kepada
pengguna,
cara
data
disajikan
kepada pengguna, cara menyiapkan data
serta cara pengiriman data tersebut
kepada pengguna.
Menurut
Weber
(1999,
pp616-646),
terdapat
lima pengendalian pada subsistem output, yaitu :
1. Inference
Control
Inference control digunakan untuk mencegah
kompromi stastistical database (basis data dimana pengguna hanya dapat mengakses statistik agregat daripada nilai individual data). Pada
statistical database, data yang
sensitif dan rahasia seperti riwayat penyakit pegawai dapat dikelola dengan baik sehingga tidak dapat
diakses oleh pihak yang tidak berwenang. Inference control terhadap statistical database dilakukan untuk
mencegah empat
jenis
kompromi yang dapat terjadi, yaitu :
a. Positive compromise. Pengguna menyatakan
bahwa seseorang memiliki
sifat khusus, contohnya John Doe seorang pecandu
alkohol.
b. Negative
compromise. Pengguna menyatakan bahwa seseorang tidak
memiliki sifat khusus,
contohnya John Doe bukan seorang pecandu alkohol.
c. Exact compromise. Pengguna menyatakan bahwa seorang memiliki
nilai yang tepat, contohnya Mary Doe memiliki
gaji sebesar $120,000 per tahun.
d. Approximate compromise. Pengguna menyatakan bahwa seseorang memiliki
range nilai tertentu,
contohnya Mary Doe
memiliki gaji
antara $100,000 sampai dengan $140,000
per tahun.
Ada dua jenis inference control yang
dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya kompromi, yaitu :
a. Restriction Control
Restriction
control membatasi rangkaian
respon yang akan diberikan kepada pengguna untuk melindungi kerahasiaan data seseorang dalam basis data.
b. Perturbation Control
Perturbation control
menggunakan
beberapa jenis gangguan terhadap perhitungan
statistik yang dibuat
berdasarkan catatan yang diambil dari basis data.
2. Batch Output Production and Distribution
Control Batch output adalah output
yang
dihasilkan
pada
beberapa fasilitas operasional dan didistribusikan atau disimpan oleh pengguna output
tersebut. Pengendalian
produksi dan distribusi pada output dilakukan untuk memastikan laporan/output yang akurat,
lengkap, dan tepat waktu dan
hanya diserahkan kepada pengguna yang berhak.
Terdapat
sebelas
pengendalian
pada
batch output production and distribution
control,
yaitu:
a. Stationary Supplies Storage Controls
Perusahaan menggunakan printer untuk
mencetak laporannya biasanya
mempunyai jumlah formulir
yang banyak.
Agar
memudahkan
pengawasan terhadap formulir tersebut, penggunaan warna kertas dapat
dilakukan sehingga memudahkan
pencarian dan pemakaian formulir
tersebut. Pemakaian formulir kosong
sangat
dianjurkan karena diperlukan
banyak
jenis
formulir
yang
harus disiapkan karena semua bentuk formulir telah dimasukkan
dalam program sehingga perusahaan hanya perlu
menyediakan formulir berupa kertas kosong
yang
akan
dicetak
oleh
komputer dengan menggunakan printer. Pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu :
1) Preprinted stationery hanya dibuat
sesuai dengan aturan yang ada dan hanya
diberikan ke pihak yang berhak.
2) Menjaga
sistem persediaan preprinted stationery.
3) Menyimpan
preprinted stationery dengan aman.
4) Mengawasi akses ke preprinted stationery.
5) Memberikan nomor pada preprinted stationery.
b.
Report Program Execution
Controls
Ada
tiga hal yang harus diperhatikan pada pelaksanaan program pembuatan laporan, yaitu :
1)
Hanya orang
yang
berwenang yang
dapat menjalankan
program tersebut.
2)
Wewenang yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan.
3) Program pembuatan laporan yang menghasilkan laporan dalam jumlah
banyak harus memiliki fasilitas mengulang kembali.
c. Queuing / Spoolling / Printer File Controls
Jika
laporan tidak dicetak dengan segera pada printer maka laporan tersebut harus antri, sistem perangkat lunak dapat membuat
suatu program laporan untuk mengerti bahwa
ketika
printer sedang digunakan oleh pihak lain maka laporan- laporan tersebut harus mengantri dan ketika printer tersebut dapat digunakan maka segera memberikan perintah mencetak oleh
system sehingga pencetakan laporan
dapat dilakukan. Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan :
1) Isi file yang dicetak tidak dapat
dirubah.
2) Tidak ada salinan file yang dicetak tanpa izin.
3) File hanya dicetak satu kali.
4) File yang dicetak
yang disimpan untuk backup
tidak digunakan oleh
pihak
yng
tidak berwenang.
d. Printing Controls
Pengendalian terhadap
pencetakan laporan memiliki tiga
tujuan, yaitu :
1) Untuk
memastikan
bahwa
laporan
dicetak dengan printer yang
benar.
2) Untuk mencegah
pihak yang tidak
berwenang melihat data yang sensitif
yang tercetak pada laporan.
3) Untuk memastikan
bahwa
pengawasan
yang
tepat telah dilakukan pada proses pencetakan laporan.
e. Report Collection Controls
Ketika output
sudah dihasilkan harus
diperhatikan keamanannya untuk
mencegah kehilangan atau diambil oleh
pihak yang tidak berwenang, terutama
bila output berisi data
rahasia dan dapat mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan bila diketahui oleh pihak pesaing. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :
1) Disimpan
dengan aman.
2) Mencatat nama pegawai yang membuat output.
3) Mencatat tanggal dan waktu
laporan
output
dibuat dan diberikan ke pengguna.
f. User/Client Services Review
Controls
Sebelum output dikirim kepada pengguna, sebuah pelayanan pengguna/klien (user/client service)
harus melakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan yaitu :
1) Apakah halaman
laporan
yang
dicetak
dapat
dibaca atau tidak.
2) Apakah kualitas hasil cetakan memuaskan.
3) Apakah tape cartridge atau
CD-ROM
sudah diberi nama atau belum.
4) Apakah terdapat halaman yang hilang.
5) Apakah terdapat halaman laporan
yang tercetak miring.
g. Report Distribution Controls
Pelayanan pengguna/klien (user/client service)
memiliki
tugas
untuk
mengambil
output dan
mendistribusikannya kepada pemakai secara aman dan benar. Terdapat beberapa cara pendistribusian laporan,
yaitu :
1) Disimpan di tempat
terkunci yang dapat diambil
oleh pengguna secara berkala.
2) Langsung
dikirim ke pengguna.
3) Dikirim melalui surat
kepada pengguna baik melalui surat internal
maupun
melalui jasa pos.
4) Diambil sendiri oleh pengguna.
5) Dikirim ke pengguna melalui jasa kurir.
6)
Diserahkan melalui perusahaan
jasa
pengiriman.
h. User Output Controls
Pengguna
dapat dilibatkan untuk melakukan
pengawasan terhadap output yang dihasilkan. Karena pengguna telah
terbiasa
dengan
output
yang mereka terima, maka
sangat mudah bagi mereka untuk
mengetahui adanya kesalahan.
i.
Storage Controls
Ada tiga
pengendalian utama
yang dapat dilakukan, yaitu :
1)
Output
harus disimpan di tempat yang mudah
dijangkau dan disimpan sesuai
dengan jenisnya.
2)
Output
harus disimpan dengan aman.
3)
Terdapat
pengawasan persediaan yang tepat.
j. Retention
Controls
Tanggal retensi
harus ditetapkan pada
setiap output. Karena berhubungan
dengan media dan cara penyimpanan
yang dilakukan.
k. Destruction Controls
Jika
output sudah tidak digunakan lagi maka
output tersebut harus
dihancurkan. Proses penghancuran output harus diawasi agar tidak terjadi
output yang seharusnya masih
diperlukan dan tidak diperintah untuk dihancurkan tetapi ternyata dihancurkan,
selain itu juga untuk menjamin
penghancuran data rahasia.
3. Batch Report Design Control
Elemen penting pada efektivitas pelaksanaan
pengawasan terhadap produksi dan
distribusi laporan adalah kualitas desain laporan. Desain laporan
yang baik akan membuat
pengguna mudah membaca
laporan yang dihasilkan. Desain laporan yang baik harus terdapat informasi sebagai berikut :
a. Nama laporan.
b. Waktu dan tanggal laporan dibuat.
c. Jumlah laporan dicetak.
d. Periode proses pembuatan laporan.
e. Program yang digunakan untuk membuat
laporan.
f.
Nama pegawai
yang bisa dihubungi jika laporan salah
atau rusak.
g. Klasifikasi
keamanan
(rahasia/umum).
h. Tanggal retensi.
i.
Metode penghancuran laporan.
j.
Kepala halaman
k. Nomor
halaman.
l.
Tanda akhir laporan.
4. Pengendalian Jejak Audit (Audit
Trail Control) Pengendalian jejak audit pada subsistem output dilakukan untuk
menjaga kronologi suatu kejadian
mulai dari laporan dibuat sampai laporan tersebut disimpan. Terdapat dua tipe jejak audit, yaitu :
a. Jejak audit akuntansi, menunjukkan output apa
yang diberikan
ke
pengguna,
siapa
dan
kapan
output diterima, serta tindakan apa yang dilakukan sehubungan dengan output tersebut. Jejak audit akuntansi
juga dapat digunakan untuk menentukan apakah telah terjadi
penyalahgunaan akses dan tindakan oleh pihak yang tidak berwenang pada subsitem output.
b. Jejak
audit operasional, mencatat penggunaan sumber daya untuk menghasilkan berbagai macam output.