Neorealisme
menjawab tantangan liberalisme dengan revisi terhadap teori realisme secara
radikal. Neorealisme terinspirasi dari model konstruksi teori Imre Lakatos dan
teori mikroekonomi; yang pertama membawa teori asumsi minimal sementara yang
kedua membawa determinan struktural terhadap perilaku negara.
Asumsi-asumsi
dasarnya adalah, pertama, sistem internasional bersifat anarki, karena
tidak ada otoritas sentral untuk memaksakan tata tertib. Kedua, dalam
sistem yang demikian, kepentingan utama negara adalah keberlangsungannya
sendiri, sehingga negara akan memaksimalisasi power mereka khususnya
kekuatan militer. Karena power tersebut bersifat zero-sum, negara
menjadi ‘posisionalis defensif’, sehingga struggle for power adalah
karakteristik permanen hubungan internasional dan konflik bersifat endemik.
Dan
oleh karena itu, kerja sama antarnegara menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin
sama sekali. Kalaupun ada, itu pun di bawah kondisi hegemoni suatu negara
dominan yang menggunakan power-nya untuk menciptakan dan memaksakan
peraturan institusional.
NEOLIBERALISME
Neoliberalisme memiliki dasar yang serupa dengan
neorealisme,
pertama, karena ia menganggap anarki internasional sangat
penting dalam membentuk perilaku negara, namun anarki bukanlah satu-satunya
penentu tingkat maupun sifat kerja sama internasional.
Kedua, negara
juga tetap menjadi aktor paling penting dalam politik dunia.
Ketiga,
asumsi bahwa negara secara esensial hanya memiliki kepentingan terkait dirinya
sendiri juga tidak berubah.
Namun, sebagai perpanjangan dari asumsi pertama,
interdependensia dan kepentingan bersama pun bukanlah satu-satunya, melainkan
bahwa tidak adanya otoritas sentral dunia membuat perjanjian-perjanjian rawan cheating,
biaya kerja sama menjadi tinggi, dan informasi menjadi sangat terbatas.
Sehingga, negara-negara membentuk institusi atau rejim internasional untuk
mengatasi rintangan-rintangan tersebut.