TEORI-TEORI PASCA-POSITIVIS/REFLEKTIVIS
1. Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)
Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris,
berfokus pada berbagai norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh
negara-negara dan bagaimana norma-norma dan nilai-nlai tersebut mengatur
hubungan internasional.
Contoh norma-norma seperti itu mencakup diplomasi, tatanan, hukum internasional.
Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu positivis. Para teoritisi
teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi
kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi
kemanusiaan, dan para pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan, Nicholas
Wheeler adalah seorang solidaris terkemuka,
sementara Hedley Bull
mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.
2. Konstruktivisme Sosial
Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani
berbagai pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga
(agency) dan Struktur, serta pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi,
seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang menaruh perhatian terhadap peranan
relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide. Konstruktivisme bukan
merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi sebaliknya
merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang
disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme
“konvensional” dan “kritis”.
Hal yang terdapat dalam semua variasi
konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh
kekuatan-kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal, Alexander
Wendt
menulis pada 1992
tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social
Theory of International Politics 1999),
“anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal tersebut”. Yang
dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para pendukung
neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan
fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara.
Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang
melihat anarki sebagai situasi hidup dan mati
(diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan
dikarakterkan dengan peperangan.
Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai
dibatasi (anarki “Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki
menurut pandangan ini dibentuk oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai
aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam kehidupan internasional seperti
menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak kritikus yang muncul
dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung
pasca-positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan
etnisitas/ras/jender menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis
yang lain. Penggunaan teori pilihan rasional secara implisit oleh Wendt juga
telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar seperti Steven Smith. Para
pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut
selalu mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap
sebagai teori positivis.
3. Teori Kritis
(Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori
hubungan internasional kritis adalah penerapan “teori kritis” dalam hubungan
internasional. Pada pendukung seperti Andrew Linklater, Robert W. Cox, dan Ken Booth
berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi (kebebasan) manusia dari
Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis” terhadap
teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara
(state-centric). Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan
seluruh teori HI yang ada. Masih ada teori-teori lain misalnya fungsionalisme,
neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.
4. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal
tentang konflik atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek
ekonomi dan materi. Marxisme membuat asumsi bahwa
ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga
memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis
memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang
mengejar akumulasi modal (kapital).
Dengan demikian, periode kolonialisme
membawa masuk pelbagai sumber daya untuk bahan-bahan mentah dan pasar-pasar
yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara dekolonisasi membawa masuk
pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi (ketergantungan). Berkaitan
dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi
yang berargumen bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai
kekuasaan, menembus negara-negara berkembang lewat penasihat politik,
misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional untuk mengintegrasikan
negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi untuk
mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara
berkembang terhadap negara-negara maju.
Teori-teori Marxis kurang mendapatkan
perhatian di Amerika Serikat di mana tidak
ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di pelbagai
bagian Eropa
dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi dunia
akademis Amerika Latin, sebagai contoh
lewat teologi.