Penjelasan dan contoh Model Kualitatif
a.
Mengonstruksi realitas sosial, makna budaya
Apabila penelitian kuantitatif berusaha mengukur fakta yang objektif atau
dengan kata lain mendeskripsikan suatu fenomena atau realitas, maka penelitian
kualitatif ingin mendapatkan pemahaman yang mendalam. Untuk itu harus mencari nomenon
atau makna di balik fenomena. Atau dapat dikatakan penelitian kuantitatif
berusaha mendeskripsikan fenomena secara akurat (erklaren), sedangkan
penelitian kualitatif ingin mendapatkan makna di balik fenomena, untuk itu
perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam dari suatu fenomena (verstehen).Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen), tidak cukup apabila hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa dan bagaimana dari suatu fenomena. Mengapa suatu fenomena ada atau terjadi, bagaimana suatu fenomena terjadi atau bagaimana proses terjadinya suatu fenomena. Dan hal ini, yaitu pengetahuan tentang apa, mengapa, dan bagaimana, dapat dikuasai manusia, karena manusia mempunyai metakognisi yang mampu menghasilkan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang apa), pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana), dan pengetahuan kondisional (pengetahuan tentang mengapa dan kapan) (Micchenbaum, dkk, 1985 dalam Woolfolk, 1998:267). Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen) tidak cukup hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Pendapat penulis ini mengacu pendapat Suparlan (1997: 99) sebagai berikut: “Dalam pendekatan kualitatif, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai pertanyaan-pertanyaan penelitian bukan hanya mencakup: apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, tetapi yang terpenting yang harus tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut adalah mengapa. Pertanyaan mengapa menuntut jawaban mengenai hakikat yang ada dalam hubungan diantara gejala-gejala atau konsep-konsep, sedangkan pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, dimana, dan kapan menuntut jawaban mengenai identitas, dan pertanyaan bagaimana menuntut jawaban mengenai proses-prosesnya.
Poerwandari (1998:17) menyatakan penelitian kualitatif dilakukan untuk mengembangkan pemahaman. Penelitian kualitatif membantu mengerti dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa: latar belakang pemikiran manusia yang terlibat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakkan makna pada peristiwa yang terjadi. Pengembangan hukum umum tidak menjadi tujuan penelitian, upaya-upaya mengendalikan atau meramalkan juga tidak menjadi aspek penting. Aspek subjektif manusia menjadi hal penting.
Penelitian kualitatif dinyatakan mengonstruksi realitas sosial, karena penelitian kualitatif berlandaskan paradigma Konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi rasio subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, ini berarti ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh rasio.
b.
Berfokus
pada proses interaksi dan peristiwa-peristiwa
Penelitian kuantitatif berfokus pada variabel-variabel, bahkan sebelum
penelitian dilakukan telah ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel yang
akan diteliti. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, fokus perhatiannya pada
proses interaksi dan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya itu sendiri,
bukan pada variabel-variabel. Bahkan fokus penelitian dapat berubah pada waktu
di lapangan setelah melihat kenyataan yang ada di lapangan. Dalam penelitian
kualitatif di antara teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah
observasi. Observasi tidak cukup apabila hanya diarahkan pada setting
saja, tetapi justru yang pokok adalah proses terjadinya peristiwa-peristiwa
atau kejadian-kejadian itu sendiri. Demikian pula observasi tidak cukup
dilakukan bersamaan dengan wawancara, tetapi observasi sebaiknya dilakukan
tidak bersamaan dengan wawancara. Apabila observasi dilakukan bersamaan dengan
wawancara, maka tidak dapat terfokus pada hal-hal yang akan diobservasi.
Walaupun memang ada perilaku yang dapat diobservasi pada waktu diadakan
wawancara, namun mengenai perilaku tersebut belum dapat ditarik kesimpulan.
Agar dapat ditarik kesimpulan maka hasil wawancara harus dilengkapi dan dicek
dengan hasil observasi yang dilakukan secara khusus. Dengan observasi akan
dapat diketahui tentang proses interaksi atau kejadian-kejadiannya sendiri.
Atau dengan kata lain, dengan observasi terutama observasi langsung tidak hanya
akan dapat menjawab pertanyaan tentang apa, tetapi juga bagaimana dan mengapa.
Dengan diketahuinya tentang apa, bagaimana, dan mengapa, maka masalah akan
dapat dipahami secara mendalam (verstehen).
c.
Keaslian merupakan kunci
Dalam penelitian kuantitatif, reliabilitas merupakan kunci, jadi analisis
statistik mempunyai fungsi yang sangat strategis. Dalam penelitian kualitatif
keaslian merupakan kunci, sehingga penelitian kualitatif ini juga dikatakan
sebagai penelitian alamiah (naturalist inquiry). Dalam penelitian
kualitatif tidak ada usaha untuk memanipulasi situasi maupun setting.
Sebaliknya penelitian kuantitatif justru sering melakukan manipulasi situasi
maupun setting penelitian. Misalnya dalam metoda eksperimen, situasi
dapat dimanipulasi dengan subjek diatur sehingga homogen dengan dipilih sesuai
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu, dengan ditiadakannya pengaruh
dari variabel kontrol, adanya treatment (perlakuan khusus) misalnya
diberikan terapi khusus atau diberikan pelatihan khusus, dan lain-lain.
Sebaliknya penelitian kualitatif melakukan studi terhadap fenomena dalam
situasi dan setting sebagaimana adanya. Guba seperti yang dikutip Patton
(1990 dalam Poerwandari, 1998:30) mendefinisikan studi dalam situasi alamiah
sebagai studi yang berorientasi pada penemuan (discovery-oriented).
Penelitian demikian secara sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada
dalam keadaan sesungguhnya, dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan.
d.
Nilai hadir dan nyata (tidak bebas nilai)
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti berusaha untuk tidak memperhatikan
atau tidak memperhitungkan nilai (bebas nilai), sebaliknya dalam penelitian
kualitatif nilai sangat diperhatikan atau diperhitungkan. Penelitian
kuantitatif memegang teguh prinsip menghindari pernyataan-pernyataan yang
berkaitan dengan nilai-nilai dalam laporan penelitian (juga dalam skripsi,
tesis, disertasi) dengan jalan menggunakan bahasa yang impersonal
(misalnya tidak menggunakan kata: kita, kami, saya, kita semua), membuat
laporan penelitian, mengajukan argumentasi berdasarkan fakta-fakta yang
diperoleh dalam penelitian. Sedang penelitian kualitatif menggunakan bahasa
yang personal (dapat menggunakan kata: kita, kami, saya, kita semua).
Menurut Neuman (1997 dalam Salim, 2001:36) dalam penelitian kualitatif para
peneliti mengetahui adanya sifat value-laden (sarat nilai-nilai
subjektif si peneliti) dalam penelitian, dan si peneliti pun secara aktif
melaporkan nilai-nilai dan bias-biasnya, serta nilai-nilai dari informasi yang
dikumpulkan di lapangan.
e.
Terikat pada situasi (terikat pada konteks)
Telah dijelaskan bahwa suatu fenomena terikat pada situasi yang
mengelilinginya, atau dengan kata lain selalu terikat pada konteks. Telah dijelaskan
pula di depan bahwa dalam penelitian kuantitatif karena ingin menghasilkan data
yang berlaku umum (universal), maka peneliti harus menjaga jarak dan bebas dari
pengaruh yang diteliti. Peneliti selalu berusaha mengontrol bias, memilih
percontohan yang sistematis dan berusaha objektif dalam meneliti suatu
fenomena. Sebaliknya penelitian kualitatif tidak menjaga jarak dan tidak bebas
dari yang diteliti karena ingin mengetahui persepsinya, atau dengan kata lain
ingin mengetahui persepsi subjektif dari yang diteliti. Persepsi subjektif dari
yang diteliti selalu terikat pada situasi atau terikat pada konteks. Individu
yang sedang mengalami kesedihan dapat berubah menjadi senang atau gembira pada
saat memasuki pesta ulang tahun anaknya atau teman karibnya. Dengan adanya data
yang bersifat subjektif, apa ini berarti penelitian kualitatif tetap bersifat
ilmiah? Walaupun datanya bersifat subjektif, penelitian kualitatif tetap
ilmiah, karena apabila data tersebut dimiliki beberapa atau banyak individu
atau dengan kata lain beberapa atau banyak individu memiliki data yang sama
dengan subjek yang diteliti, maka hasil penelitian seperti ini disebut bersifat
intersubjektif. Dalam penelitian kualitatif, pengertian intersubjektif
sama dengan objektif.
f.
Terdiri dari beberapa kasus atau subjek
Dalam penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan
hasil penelitiannya, maka penelitian kualitatif tidak perlu meneliti banyak
kasus atau subjek. Dalam studi kasus subjek yang diteliti dapat satu tetapi
dapat juga banyak, bahkan mungkin penduduk suatu negara. Karena dalam studi
kasus yang sangat penting adalah sifatnya yang sangat spesifik. Contoh
penelitian tentang “Perkembangan Demokrasi pada Negara-negara Sosialis.”
Negara-negara yang menganut paham Sosialis menentang paham Demokrasi. Jadi
penelitian perkembangan demokrasi di negara-negara sosialis bersifat spesifik.
Sebagai contoh tidak seperti dalam penelitian kuantitatif yang mematok jumlah
subjek minimal sebanyak 30 (tiga puluh) individu agar dapat dianalisis dengan
statistik parametrik, maka dalam penelitian kualitatif tidak mematok jumlah
subjek yang diteliti.
g.
Bersifat analisis tematik
Dalam penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan
hasil penelitiannya, maka yang diteliti adalah hal-hal yang bersifat khusus
atau spesifik, dan analisisnya bersifat tematik. Misalnya tindak kekerasan
terhadap perempuan, masalah-masalah jender: perjuangan perempuan mendapatkan
perlakuan yang adil dalam lapangan pekerjaan, kasus-kasus perilaku menyimpang,
masalah kesulitan belajar bagi anak-anak yang tidak normal (learning-disabilities),
dan lain-lain.
h.
Peneliti terlibat
Berbeda dengan penelitian kuantitatif di mana peneliti mengambil jarak
dengan yang diteliti agar dapat menjaga objektivitas atau menghindari
subjektivitas dari yang diteliti, maka sebaliknya penelitian kualitatif
peneliti tidak mengambil jarak, agar peneliti benar-benar memahami persepsi
subjek yang diteliti terhadap suatu fenomena. Untuk itu peneliti dapat
melakukan misalnya observasi terlibat (participant observation). Dengan
observasi terlibat pemahaman terhadap subjek dapat mendalam.