Zimmerman (1989:329) mengemukakan bahwa self-regulation
mencakup 3 komponen yang diaplikasikan dalam belajar yaitu metakognisi,
motivasi dan perilaku, yaitu:
1. Metakognisi
Menurut Zimmerman (1989:329) metakognisi merupakan proses pengambilan keputusan yang mengevaluasi pilihan dan menggunakan berbagai macam pengetahuan. Metakognitif bagi individu yang melakukan Self-Regulated Learning adalah individu yang merencanakan, mengorganisasikan, mengukur diri dan menginstruksikan diri sebagai kebutuhan selama proses belajar (Zimmerman dan Pons, 1988:284). Sedangkan Marlia (2005:63) membagi komponen metakognisi dalam Self-Regulated Learning menjadi merencanakan, mengorganisasikan, dan mengukur diri.
2. Motivasi
Schunk. dan Zimmerman dikutip Ropp (http://coe.uh.edu/insite/elec_pub/HTML1998/re_roop.htm) menyatakan bahwa motivasi dalam Self-Regulated Learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap afikasi diri, kompetensi dan otonomi dalam aktivitas belajar. Deci dan Ryan dikutip Martinez dan Young (http://mse.byu.edu/projects/ele/meaprojpr.html) mengemukakan bahwa motivasi adalah fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompeten yang ada pada setiap individu. Sedangkan Marlia (2005:63) membagi komponen motivasi dalam Self-Regulated Learning menjadi motivasi intrinsik, otonomi diri, dan kepercayaan diri.
3. Perilaku
Perilaku menurut Schunk dan Zimmerman dikutip Ropp (http://coe.uh.edu/insite/elec_pub/HTML1998/re_roop.htm) merupakan upaya untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajarnya. Zimmerman dan Pons (1988:284) mengatakan bahwa individu memilih, menyusun dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik yang seimbang untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan atas aktivitas yang dilakukan. Sedangkan Marlia (2005:63) membagi komponen metakognisi dalam Self-Regulated Learning menjadi menyusun, menyeleksi, dan memanfaatkan dan menciptakan lingkungan.
Ketiga komponen ini, metakognisi, motivasi, dan perilaku digunakan secara tepat sesuai kebutuhan dan kondisi akan menunjang kemampuan Self-Regulated Learning.
1. Metakognisi
Menurut Zimmerman (1989:329) metakognisi merupakan proses pengambilan keputusan yang mengevaluasi pilihan dan menggunakan berbagai macam pengetahuan. Metakognitif bagi individu yang melakukan Self-Regulated Learning adalah individu yang merencanakan, mengorganisasikan, mengukur diri dan menginstruksikan diri sebagai kebutuhan selama proses belajar (Zimmerman dan Pons, 1988:284). Sedangkan Marlia (2005:63) membagi komponen metakognisi dalam Self-Regulated Learning menjadi merencanakan, mengorganisasikan, dan mengukur diri.
2. Motivasi
Schunk. dan Zimmerman dikutip Ropp (http://coe.uh.edu/insite/elec_pub/HTML1998/re_roop.htm) menyatakan bahwa motivasi dalam Self-Regulated Learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap afikasi diri, kompetensi dan otonomi dalam aktivitas belajar. Deci dan Ryan dikutip Martinez dan Young (http://mse.byu.edu/projects/ele/meaprojpr.html) mengemukakan bahwa motivasi adalah fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompeten yang ada pada setiap individu. Sedangkan Marlia (2005:63) membagi komponen motivasi dalam Self-Regulated Learning menjadi motivasi intrinsik, otonomi diri, dan kepercayaan diri.
3. Perilaku
Perilaku menurut Schunk dan Zimmerman dikutip Ropp (http://coe.uh.edu/insite/elec_pub/HTML1998/re_roop.htm) merupakan upaya untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajarnya. Zimmerman dan Pons (1988:284) mengatakan bahwa individu memilih, menyusun dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik yang seimbang untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan atas aktivitas yang dilakukan. Sedangkan Marlia (2005:63) membagi komponen metakognisi dalam Self-Regulated Learning menjadi menyusun, menyeleksi, dan memanfaatkan dan menciptakan lingkungan.
Ketiga komponen ini, metakognisi, motivasi, dan perilaku digunakan secara tepat sesuai kebutuhan dan kondisi akan menunjang kemampuan Self-Regulated Learning.