Aspek Leksikal
Kohesi Leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi
enam macam, yaitu (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonimi (padan kata), (3)
kolokasi (sanding kata), (4) hiponomi (hubungan atas-bawah), (5) antonimi
(lawan kata), dan (6) ekuivalensi (kesepadanan).
1 Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi,
suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual
yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi
delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis,
tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan
anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128).
1.1 Repetisi epizeuksis
Repetisi
epizeuksis yaitu pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa
kali secara berturut-turut. Repetisi epizeuksis dapat ditemukan dalam wacana RB
seperti pada data di bawah ini :
(20) Djo Koplak penggemar binatang, khususnya kucing. Pernah suatu masa kucingnya mencapai jumlah 18 ekor. Namun lambat laun, kucingnya meninggalkan rumah satu per satu. Maka sekarang tinggal
beberapa ekor saja. Djo Koplak sadar, kucingnya
pergi karena dimusuhi anjing Pak Gambleh, tetangganya. (RB, 20/02/2007 )
(21)
Djo Koplak menyebut Pongkring, rekan kerjanya sebagai
penggemar gratisan. Rekan-rekan lain
malah menjuluki Pongkring si Gratis Mania.
Apa saja yang serba gratis, mulai
dari numpang mobil teman, makan di rumah teman, Pongkring pasti suka. Kalau
teman-teman kantornya ingin mengadakan refreshing bersama, pergi ke suatu
tempat, Pongkring pasti bertanya, “Bayar, nggak?” Entah siapa yang memberi
komando, Djo dan rekan-rekan serempak menjawab “Naiknya gratiiiiis! Turunnya bayaaaaar!”
(RB, 18/01/2007 )
(22)
Pak Timbul,
ayah Djo Koplak dirawat di rumah sakit, karena badannya demam dengan suhu
tinggi. Selain diobati, Pak Timbul
juga dikompres agar suhu badannya turun. Pagi hari, dokter memeriksa kondisi Pak Timbul menyimpulkan, hasil
diagnosis menunjukkan serangan demam berdarah. (RB, 02/02/2007 )
(23)
Lima
menit, sepuluh menit bahkan sampai tiga puluh menit ditunggu hujan belum juga
reda, Do Koplak jengkel dan berniat mengambil pakaiannya. Dengan menaiki tangga dilihatnya pakaian yang tadi dilemparkannya ke atas genting. Namun alangkah
kagetnya Djo karena pakaian yang
tadi dilemparkannya hilang tanpa bekas. Selidik punya selidik ternyata pakaian Djo Koplak diambil orang, tidak
ada yang melihat karena keadaannya gelap ditambah hujan. Djo Koplak jadi tambah
sedih sekaligus jengkel kini bukan hanya hujan yang membuatnya jengkel, tapi
karena pakaiannya ikut-ikutan hilang.
(RB, 09/02/2007 )
Pada wacana (26), (27), (28), dan (29), kata-kata kucing,
gratis, Pak Timbul, dan pakaian, diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan
pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.
1.2 Repetisi tautotes
Repetisi
tautotes ialah pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam
sebuah konstruksi. Pada wacana (30) berikut ini, kata tawa diulang tiga kali
dalam sebuah konstruksi.
(24)
“Itu lho Nduk yang di sebelahnya, makanya jangan
langsung tubruk saja,” terang pamannya yang langsung tertawa hingga batuk-batuk. Setelah kumpul keluarga di luar kamar,
pamannya langsung tertawa lepas
mengingat ulah Jeng Minten. Dan ketika diceritakan pada bapaknya dan semua
saudaranya dengan kompak mereka juga tidak bisa menahan tawa. (RB, 13/01/2007)
1.3 Repetisi anafora
Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual
berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Contoh
repetisi anafora dapat dilihat pada wacana berikut ini.
(25)
“Dua batang rokok
kalau bisa membuat tersenyum wanita yang tidak kita kenal,” ujar Pongkring
memulai tantangannya.
“Empat batang rokok kalau bisa bikin tertawa,” tambah
Plonthos tak mau kalah.
“Berani satu
bungkus rokok kalau ceweknya mau
mendekat kesini?” Djo Koplak berujar iseng saja. (RB, 06/02/2007 )
Pada wacana (31) di atas terjadi repetisi anafora
berupa pengulangan kata rokok yang terdapat di awal kalimat.
Keterangan mengenai kata rokok tersebut didahului dengan keterangan jumlah yang berfungsi
memperjelas kalimat.
1.4 Repetisi epistrofa
Repetisi epistrofa ialah pengulangan satuan lingual
kata atau frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa)
secara berturut-turut. Di bawah ini contoh repetisi epistrofa yang terdapat
dalam RB.
(26)
Malamnya Djo segera menulis surat lamaran kerja. Seumur-umur baru kali
ini Djo membuat surat
lamaran kerja. Untungnya, dulu sewaktu sekolah, ia pernah diajarkan oleh
guru bahasa Indonesia-nya cara membuat surat lamaran kerja. (RB,12/02/2007 ).
Pada wacana (32) di atas tampak satuan lingual surat
lamaran pekerjaan diulang
tiga kali pada tiap akhir kalimat.
1.5 Repetisi anadiplosis
Repetisi anadiplosis yaitu pengulangan kata atau
frasa terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada
baris atau kalimat berikutnya. Dalam RB, wacana yang mengandung repetisi
anadiplosis terdapat pada contoh di bawah ini.
(33)
Minul berlari dengan tak lupa melepas sepatu dan
menekuk celananya. Segera dia nangkring di atas motor. Motor melaju
pelan, karena hujan deras. Selang beberapa menit perjalanan, Minul curiga,
karena tidak seperti biasa kakaknya lewat jalan ini. (RB, 24/02/2007)
(34)
Oalah.... ternyata Minul salah orang. Orang yang dikira
kakaknya ternyata orang lain yang juga hendak menjemput seseorang di kampus
Minul. (RB, 24/02/2007)
Pada wacana (33) dan (34) di atas, kata motor dan orang pada akhir kalimat pertama ditulis kembali atau diulang menjadi
kata pertama pada kalimat kedua atau kalimat berikutnya.
1.6 Repetisi mesodiplosis
Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan
lingual di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut. Contoh
repetisi mesodiplosis dapat dilihat di bawah ini.
(35)
Suatu hari Djo
tidak masuk kerja karena kepalanya pusing. Tapi siangnya, waktu Djo mampir untuk menengok, ternyata
Pongkring sudah baikan. Untuk menyenangkan sobatnya yang baru sembuh dari
pusing, lalu Djo mengajak Pongkring
untuk makan-makan. (RB, 18/01/2007)
(36)
Dengan kedatangannya itu, Djo pun ingin pamer akan kehebatan keponakannya.
Biasa, orang tua sering suka begitu. Djo ingin pamer kalau anaknya selalu dapat nilai bagus di sekolahnya. Seperti
Bu Marsidah, tetangganya yang suka pamer
kehebatan anaknya. Djo kali ini ingin membalas dengan pamer kehebatan keponakannya. (RB, 23/02/2007 )
Pada wacana (35) di atas terdapat pengulangan satuan
lingual Djo yang terletak di
tengah-tengah kalimat secara berturut-turut. Pengulangan subjek Djo dimaksudkan
untuk menekankan pentingnya pelaku utama dalam cerita tersebut yaitu Djo
Koplak.
Pada wacana (36) terdapat satuan lingual pamer yang terletak di tengah-tengah
kalimat secara berturut-turut. Pengulangan kata pamer dimaksudkan untuk menekankan makna satuan lingual tersebut,
yaitu kebiasaan atau sifat. Tingkah laku pamer dalam wacana (36) dilakukan oleh
dua orang yaitu Djo dan Bu Marsidah.