Pengertian Media Komunikasi - Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologis memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, maka media yang paling dominan adalah pancaindera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.
Menurut Cangara (2004:119) bahwa media komunikasi dapat dibedakan atas empat macam, yaitu media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa.
a. Media antarpribadi
Untuk hubungan perorangan (antarpribadi), maka media yang tepat digunakan ialah kurir (utusan), surat dan telepon. Kurir banyak digunakan oleh orang-orang dahulu kala untuk menyampaikan pesan. Di daerah-daerah pedalaman pemakaian kurir sebagai saluran komunikasi masih bisa ditemukan, misalnya melalui orang yangn berkunjung ke pasar pada hari-hari tertentu.
Surat adalah media komunikasi antarpribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya sarana pos serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan membaca.
Media komunikasi antarpribadi lainnya ialah telepon. Telepon makin banyak digunakan di Indonesia, bukan saja untuk kepentingan komunikasi yang bersifat pribadi, tetapi juga untuk kepentingan bisnis dan pemerintahan.
b. Media Kelompok
Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar dan komperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri oleh khalayak tidak lebih dari 150 orang. Tujuannya adalah membicarakan suatu masalah dengan menampilkan pembicara, kemudian meminta pendapat atau tanggapan dari peserta seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai nara sumber dan pemerhati dalam bidang itu. Seminar biasanya membicarakan topik-topik tertentu yang hangat dipermasalahkan oleh masyarakat.
Media kelompok masih banyak ditemukan dalam masyarakat pedesaan dengan memakai banyak nama, antara lain tudang sipulung di Sulawesi Selatan, banjar di Bali, rebuk dea di Jawa dan sebagainya. Sementara bagi masyarakat kota, media kelompok banyak digunakan dalam bentuk organisasi profesi, organisasi olahraga, pengajian, dan organiasi lainnya.
c. Media Publik
Media publik digunakan jika khalayak lebih dari 200-an, misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Dalam rapat akbar, khalayak berasal dari berbagai macam bentuk, tetapi masih mempunyai homogenitas, misalnya kesamaan partai, kesamaan agama, kesamaan daerah dan lain-lain. Dalam rapat akbar (Public Media) khalayak melihat langsung pembicara yang tampil di atas podium, bahkan biasanya sesudah mereka berbicara, mereka turun berjabat tangan dengan para pendengar sehingga terjalin keakraban di antara mereka meskipun pembicara tidak dapat mengidentifikasikan satu persatu pendengarnya.
d. Media Massa
Jika khalayak tersebar diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.
Menurut Cangara (2004:122) bahwa media massa mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2. Besifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang diampaikan ditrima oleh banyak orang pada aat yang sama
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa menenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk opini dan perilaku politik, baik yang bersifat tradisional, maupun perilaku kritis yang dinamis dalam sistem demokrasi. Pembentukan perilaku politik tersebut sebagai bagian dari ciri masyarakat modern yang sangat membutuhkan informasi dalam berinteraksi, sebagai bagian dari perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Perilaku kehidupan masyarakat seperti di atas, dapat diketahui melalui pembahasan mengenai realitas media massa, baik media cetak mapun media elektronik. Kehidupan tersebut, termasuk berhubungan dengan masalah politik. Media massa merupakan media yang sangat efektif untuk melakukan komunikasi politik dalam suatu sistem demokrasi.
Media massa itu sendiri ada 2 (dua), yaitu media massa dan media nirmassa. Media artinya alat komunikasi, sedangkan massa kependekan dari kata masyarakat (orang banyak). Media massa berarti alat komunikasi yang boleh dimanfaatkan untuk semua orang. Sedangkan media nirmassa adalah alat komunikasi yang tidak boleh digunakan untuk semua orang. Jelasnya, alat komunikasi tersebut bersifat individu.
Media massa (mass media) adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut; misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan film teatrikal yang ditayangkan di gedung bioskop.
Disamping sebagai pengantar informasi secara serempak, media massa juga merupakan kontrol sosial, menurut Rivers (2003:38), kontrol sosial oleh media massa begitu ekstensif dan efektif, sehingga sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media memang di situ. Sebagai contoh, Joseph Klapper (dalam Rivers: 2003) melihat adanya kemampuan “rekayasa kesadaran” oleh media, dan ini dinyatakannya sebagai kekuatan terpenting media, yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan apa pun. Rekayasa kesadaran sudah ada sejak lama, namun media-lah yang memungkinkan hal itu dilaksanakan secara cepat dan besar-besaran.
Ada hubungan yang sangat erat antara media massa dengan kehidupan sosial (McQuail, 1989:51), dengan asumsi, pertama institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi, dan distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap pengalaman itu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita.
Manusia adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi tidak hanya terhadap lingkungan fisiknya, namun juga pada simbol-simbol yang dibuatnya sendiri (Rivers, 2003: 28) Menurut asumsi dasar di atas, lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan, kepercayaan, dan lain-lain) sering kita ketahui melalui media massa, dan media pulalah yang dapat mengaitkan semua unsur lingkungan simbolik yang berbeda.
Asumsi dasar kedua ialah media massa memiliki peran mediasi (penengah/penghubung) antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Peran mediasi ini ada hubungannya dengan salah satu arti konotatif kata “media massa” itu sendiri. Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian bahwa: media massa seringkali berada di antara kita (sebagai penerima) dengan bagian pengalaman lain yang berada di luar persepsi dan kontak langsung kita; media massa dapat saja berada di antara kita dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita.
Mediasi yang dimaksud di atas, dapat berlangsung dalam berbagai bentuk tergantung pada tingkat dan bentuk kegiatan, tujuan, interaktivitas, dan efektivitas. Mediasi mengandung banyak manifestasi kegiatan mulai dari hubungan langsung antara satu dengan lainnya melalui negoisasi, sampai dengan pengendalian oleh seseorang terhadap yang lainnya.
Menurut McQuail (1987: 52), Variasi manifestasi kegiatan di atas dapat dipahami dengan memperhatikan citra komunikasi berikut ini yang menunjukkan pelbagai aspek cara media menghubungkan kita dengan realitas. Media berperan sebagai :
1. jendela pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi disekitar kita, tanpa campur tangan pihak lain atau sikap memihak.
2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas.
3. Pembawa atau pengantar informasi dan pendapat.
4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui pelbagai macam umpan balik.
5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukkan arah, memberikan bimbingan atau instruksi.
6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya, baik secara sadar dan sistimatis maupun tidak.
7. Cermin yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri; biasanya pantulan citra itu mengalami perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap segi yang ingin dilihat oleh para anggota masyarakat, atau sering kali pula segi yang ingin mereka hakimi atau cela.
8. Tirai atau penutup yang menutupi kebenaran demi pencapai tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan (escapism).
Meskipun beberapa citra di atas lahir dari analisis eksternal terhadap kegiatan media, namun kebanyakan citra itu juga berasal dari definisi dari pihak media itu sendiri.