Pelesapan (ellipsis) adalah

Pelesapan (ellipsis) adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Contoh pelesapan dalam wacana RB diantaranya:

(14)   GIGI Djo Koplak tinggal tiga biji. Yang nempel di bagian atas dua, sisanya di bawah. Susah ula jika makan. Sering makanan yang dikunyah belum lembut, terpaksa ditelan. (RB, 10/01/2007)

(15)   Hari itu uang Djo benar-benar sudah tipis, uang yang digenggamnya hanya berupa receh hasil tabungannya di rak buku bulan ini, padahal ia harus hidup sampai tiga hari ke depan, belum lagi ia harus fotokopy tugas kuliah. Untuk pinjam uang kepada Jeng Minul dia malu, kepada Sastro, Paijo, atau Panjul, mereka juga senasib. (RB, 28/02/2007)

(16)   Teman-temannya heran terhadap apa yang dilakukannya. Ketika ditanya oleh Paijo kenapa ia membuang-buang makanan, dengan enteng Djo malah menjawab “Ada deh…”. Panjul yang juga tak tahu maksud Djo ikut bertanya, namun dengan sepele Djo menjawab “Adaa aja…!”. Pertanyaan Sastro juga dijawabnya, “Mau tau aja…!”.  (RB, 28/02/2007)

Pada wacana (17) terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa kata, yaitu kata gigi yang berfungsi sebagai subjek. Subjek yang sama itu dilesapkan sebanyak dua kali, yaitu pada kalimat kedua sebelum kata yang pada klausa pertama dan sebelum kata sisanya pada klausa kedua. Di dalam analisis wacana, unsur (konstituen) yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang Ф) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dengan cara seperti itu maka peristiwa pelesapan pada wacana (17) dapat direpresentasikan menjadi (17a), dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa ada pelesapan maka akan tampak seperti (20b) sebagai berikut.

(17a)        GIGI Djo Koplak tinggal tiga biji. Ф Yang nempel di bagian atas dua, Ф sisanya di bawah. Susah ula jika makan. Sering makanan yang dikunyah belum lembut, terpaksa ditelan.

(17b)GIGI Djo Koplak tinggal tiga biji. Gigi yang nempel di bagian atas dua, gigi sisanya di bawah. Susah ula jika makan. Sering makanan yang dikunyah belum lembut, terpaksa ditelan.

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti pada (17) atau (17a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan (17b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (17) dan (17a).

Pada wacana (18) terjadi pelesapan satuan lingual berupa frasa pinjam uang, yang juga berfungsi sebagai predikat dan objek. Pelesapan itu terjadi tiga kali pada kalimat kedua, yaitu pada awal klausa kedua, ketiga, dan keempat. Dengan demikian, wacana (18) tersebut dapat direpresentasikan kembali menjadi (18a). Apabila unsur-unsurnya tidak dilesapkan akan menjadi (18b) seperti di bawah ini.

(18a)        Hari itu uang Djo benar-benar sudah tipis, uang yang digenggamnya hanya berupa receh hasil tabungannya di rak buku bulan ini, padahal ia harus hidup sampai tiga hari ke depan, belum lagi ia harus fotokopy tugas kuliah. Untuk pinjam uang kepada Jeng Minul dia malu, Ф kepada Sastro, Ф Paijo, atau Ф Panjul, mereka juga senasib.

(18b)Hari itu uang Djo benar-benar sudah tipis, uang yang digenggamnya hanya berupa receh hasil tabungannya di rak buku bulan ini, padahal ia harus hidup sampai tiga hari ke depan, belum lagi ia harus fotokopy tugas kuliah. Untuk pinjam uang kepada Jeng Minul dia malu, pinjam uang kepada Sastro, pinjam uang Paijo, atau pinjam uang Panjul, mereka juga senasib.

Pada wacana (19) juga terdapat pelesapan. Satuan lingual yang dilesapkan berupa klausa, yang terdiri atas kata tugas (kenapa), subjek (ia), predikat (membuang-buang), dan objek (makanan). Dalam hal ini, demi keefektifan kalimat, kepraktisan, dan efisiensi bahasa serta mengaktifkan pemikiran mitra bicara terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam tuturan, maka perlu dilakukan pelesapan. Wacana (19) dapat direpresentasikan menjadi wacana (19a). Apabila klausa itu tidak dilesapkan justru akan menghasilkan tuturan yang tidak efektif, tidak praktis, dan tidak efisien, seperti terlihat pada wacana (19b).

(19a)        Teman-temannya heran terhadap apa yang dilakukannya. Ketika ditanya oleh Paijo kenapa ia membuang-buang makanan, dengan enteng Djo malah menjawab “Ada deh…”. Panjul yang juga tak tahu maksud Djo ikut bertanya, Ф namun dengan sepele Djo menjawab “Adaa aja…!”. Pertanyaan Sastro Ф juga dijawabnya, “Mau tau aja…!”.

(19b)Teman-temannya heran terhadap apa yang dilakukannya. Ketika ditanya oleh Paijo kenapa ia membuang-buang makanan, dengan enteng Djo malah menjawab “Ada deh…”. Panjul yang juga tak tahu maksud Djo ikut bertanya kenapa ia membuang-buang makanan namun dengan sepele Djo menjawab “Adaa aja…!”. Pertanyaan Sastro kenapa ia membuang-buang makanan juga dijawabnya, “Mau tau aja…!”.

Mengingat pertanyaan yang ingin disampaikan Panjul dan Sastro sama dengan pertanyaan Paijo, maka pertanyaan yang sama itu tidak perlu disebutkan kembali secara utuh atau lengkap. Hal ini dilakukan justru untuk menghasilkan wacana yang padu secara gramatikal dan semantis.

Subscribe to receive free email updates: