Assessment Faktor Risiko Penyakit tidak Menular

Contoh Pembuatan Latar Belakang Skripsi Kesehatan - Assessment faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat menjadi perhatian para ahli belakangan ini. Salah satu penyebabnya adalah karena penyakit tidak menular sekarang ini memperlihatkan tendensi peningkatan.

Peningkatan penyakit tidak menular banyak terjadi di negara berkembang karena  perkembangan ekonominya mulai meningkat. Karena itulah maka terjadi peralihan bentuk penyakit yang harus dihadapi, yaitu dari penyakit menular dan infeksi menjadi penyakit tidak menular dan kronis. Proses tersebutlah yang kerap dikenal sebagai transisi epidemiologi.

Transisi penyakit di Indonesia mulai ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular yang dirawat inap di rumah sakit-rumah sakit. Peningkatan ini menempatkan penyakit tidak menular menjadi penyakit-penyakit utama, rawat inap di berbagai fasilitas kesehatan. Karena itu seharusnya transisi epidemiologi juga menyebabkan terjadinya transisi kebijakan yang menyeluruh.
Penelitian mengenai konsekuensi penyakit tidak menular sudah dikerjakan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Bovet dkk (2006) menyatakan bahwa peningkatan penyakit tidak menular memiliki implikasi ekonomi yang sangat besar. Penyakit tidak menular secara khusus Penyakit Jantung Koroner yang kini terjadi pada usia yang lebih muda, justru banyak terjadi pada negara-negara berkembang. Akibatnya terjadi kehilangan pendapatan rumah tangga dan menurunnya produktifitas sebuah negara pada level makro ekonomi.
Selain berdampak pada level individu dan rumah tangga, beban penyakit juga menimpa pelayanan kesehatan. Dilihat dari persepktif sistem kesehatannya, sumber daya yang sangat besar sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan pada pasien penyakit tidak menular yang kronis dan berjangka waktu lama, dan pada gilirannya akan meningkatkan kebutuhan peralatan yang sifatnya mahal secara terus menerus serta keperluan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan spesifik dan trampil.
Perhitungan mengenai dampak ekonomi penyakit menular memperlihatkan hasil yang mencengangkan. Menurut perhitungan Bovet dkk (2006) di Republik Seychelles, biaya pengobatan per kapita per tahun menggunakan obat generik pada mereka yang tergolong high risk atas penyakit diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia mencapai US$ 45,6 pada tahun 2004 dan meningkat menjadi US$ 84,6 pada tahun 2005, belum termasuk biaya pengobatan lanjutan dan test laboratorium yang mencapai US$ 22,6 per kapita per tahunnya. Jumlah ini jika dikalikan dengan prevalensi penderitanya tentu saja amat signifikan dan menjadi jumlah yang luar biasa besar terlebih di Indonesia.
Pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular ini telah dikerjakan oleh banyak negara, terutama negara maju. Namun panduan utama telah disusun oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui STEPS yang secara khusus menjadi panduan dalam memantau faktor risiko penyakit tidak menular dalam populasi tertentu.

            Perubahan sosial ekonomi di Indonesia terjadi begitu cepat, termasuk di Sumatera Utara. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, belum pernah ada assesment mengenai faktor risiko penyakit tidak menular ini. Secara nasional, pemerintah dalam hal ini pernah menyelenggarakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007. Namun hasil yang tidak dapat diakses dan data yang terlalu luas dan kebanyakan sudah berlalu, menyebabkan diperlukannya penelitian yang lebih up to date mengenai faktor risiko ini. 

Subscribe to receive free email updates: