Metode Penilaian Prestasi Karyawan

Metode Penilaian Prestasi Karyawan 
Metode penilaian prestasi karyawan pada dasamya dikelompokan atas : 

1. Metode Tradisional 

Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk menilai prestasi karyawan dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan sistematis. Yang termasuk dalam metode tradisional ini adalah: 

a. Rating Scale 

Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak digunakan, dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan, kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan keijanya. 

b. Employee Comparation 

Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara seorang pekeija dengan pekeija lainnya. Metode employee comparation ini terbagi atas subkelompok, yaitu: 

- Alternation Ranking 

Metode ini merupakan metode penilaian dengan cara mengurut peringkat (ranking) karyawan dimulai dari yang terendah sampai yang tertitiggi atau dari mulai bawahan sampai yang tertinggi dan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. 

- Paired Comparation 

Metode ini adalah metode penilaian dengan cara seorang karyawan dibandingkan dengan seluruh karyawan lainnya, sehingga terdapat berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode ini dapat digunakan nntukjumlah karyawan yang sedikit. 

Misalkan ada 5 orang karyawan yang akan dinilai, yaitu A, B, C, D, dan E. Dengan menggunakan cara ini berarti penilaian perlu dibandingkan karyawan A dengan B, A dengan C, A dengan D dan A dengan E. 

Setelah itu dibandingkan pula B dengan C, B dengan D, dan B dengan E. Jumlah yang akan diperbandingkan dapat dihitung dengan rumus: 

n(n-1) 

dengan demikian metode paired comparation ini sulit dilakukan untuk menilai jumlah karyawan yang banyak, karena banyak mengorbankan waktu dan biaya. 

Porced Comparation (Grading) 

Metode ini sama dengan paired comparation tetapi digunakan untuk jumlah karyawan yang banyak. Pada metode ini suatu definisi yang jelas untuk setiap kategori telah dibuat dengan seksama. Kategori untuk prestasi karyawan misalnya adalah "baik sekali, memuaskan, dan kurang memuaskan" yang masing-masing mempunyai defmisi yang jelas. Prestasi kerja dari setiap karayawan kemudian dibandingkan dengan definisi masing-masing kategori ini untuk memasukkan ke dalam salah satunya. Kadang-kadang metode ini diubah menjadi penilain dengan distribusi yang dipaksakan. Misalkan ditetapkan hasil penilaian bobot sebagai berikut: 10% dari karyawan harus masuk ke kelompok yang tertinggi, 20% harus masuk ke1ompok baik, 40% harus masuk ke1ompok cukup baik, 20% harus termasuk kelompok sedang dan 10% termasuk kelompok kategori prestasi kurang. 

Dengan demikian metode ini mengharuskan penilai (appraiser) melakukan penilaian relatif di antara para karyawan tersebut di samping membandingkannya dengan definisi masing-masing kategori. 

c. Check List 

Dengan metode ini penilai sebenarnya tidak menilai tetapi hanya memberikan masukan atau informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian personalia, Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggarnbarkan prestasi keerja dan karakteristik setiap individu karyawan, baru melaporkannya kepada bagian personalia untuk menetapkan bobot nilai, indeks nilai, dan kebijaksanaan selanjutnya bagi karyawan bersangkutan. 

d Freeform Essay 

Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang berkenaan dengan orang atau karyawan yang sedang dinilainya itu. 

e. Critical Incident 

Dengan metode ini penilai hams mencatat semua kejadian mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari kemudian dimasukkan ke dalam buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai inisiatif, kerjasama, keselamatan dan lain-lain; 

2. Metode Modem 

Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional dalam menilai prestasi karayawan. Yang termasuk ke dalam metode modem ini adalah: 

a. Assesment Centre 
Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilai khusus. Tim penilai khusus ini bisa dari luar, dari dalam maupun kombinasi dari luar dan dari dalam. Pembentukan tim ini harus lebih baik, sehingga penilaiannya lebih obyektif dan indeks prestasi yang diperoleh sesuai dengan fakta atau kenyataan dari setiap individu karyawan yang dinilai. Cara penilaian tim dilakukan dengan wawancara, permainan bisnis dan lain-lainnya. Nilai indeks prestasi setiap karyawan adalah rata-rata bobot dari tim penilai itu. Indeks prestasi dengan cara ini diharapkan akan lebih baik, obyektif karena dilakukan oleh beberapa orang anggota tim. 

Dengan indeks prestasi inilah ditetapkan kebijaksanaan selanjutnya terhadap setiap individu karyawan seperti promosi, demosi/mutasi, pemindahan, pemberhentian, dan lain sebagainya. 

Metode Assesment center ini diharapkan akan memberikan kepuasan yang lebih baik bagi karyawan dan penetapan kebijaksanaan yang paling tepat dari perusahaan itu. 

b. Management by Objective (MBO = .MBS) 

Dalam metode ini karyawan langsung diikutsertakan dalam perumusan dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam menentukan sasarannya masing-masing yang ditekankan pada pencapaian 

Ciri-ciri MBO atau MBS adalah: 

- Adanya interaksi antara atasan dengan bawahan secara langsung 
- Atasan bersama-sama dengan bawahan menentukan sasaran dan !criteria pekeijaannya. 
- Menekankan pada masa sekarang dan masa yang akan dating 
- Menekankan pada basil yang hendak dicapai 

Kelemahan MBO atau MBS adalah: 

- Pendekatan melalui MBO sangat individualistis untuk menetapkan tujuan dan kerjasama dalam penilainnya. 
- Jika penetapan sasaran tidak hati-hati bisa mengakibatkan sasaran yang satu akan menghambat sasaran yang lainnya. 
- Sulitnya menetapkan sasaran yang mempunyai tingkat kesulitan yang sama. 

c. Human Asset Accounting 

Dalam metode ini faktor pekerja dinilai sebagai individu modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara membandingkan terhadap variable-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan itu. Jika biaya untuk tenaga kerja meningkat mengakibatkan laba pun meningkat. Maka peningkatan tenaga kerja tersebut telah berhasil (Hasibuan, 1997, p108-112).

Subscribe to receive free email updates: