Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan Barang Jadi terhadap Modal Kerja
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena bagi sebagian perusahaan baik itu perusahaan industri maupun perusahaan dagang, persediaan merupakan bagian terbesar dari kekayaan perusahaan. Oleh karena itu, pengolahan persediaan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan perusahaan.
Persediaan sebagai salah satu elemen modal kerja, merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar. Perputaran persediaan akan berpengaruh pada besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan untuk membelanjai perusahaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan yang rendah menunjukkan adanya investasi (modal kerja) yang terlalu besar terhadap persediaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang tinggi memerlukan semakin sedikitnya investasi (modal kerja)yang terikat dalam persediaan.
Sugiyarso dan Winarni dalam buku “Manajemen Keuangan” menyatakan bahwa:
“Masalah penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam persediaan mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Investasi dalam persediaan yang terlalu basar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian akibat kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, yang kesemuanya akan dapat memperkecil keuntungan perusahaan. Investasi dalam persediaan yang terlalu kecil akan mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena kekurangan bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja dengan kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan tidak dapat didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga akan mempertinggi biaya produksi rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan”.
(2005:39)
Modal kerja yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berkaitan dengan misalnya pengeluaran untuk bahan baku, bahan penolong, biaya untuk proses produksi, pemasaran, administrasi dan umum dan pengeluaran lainnya.
Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan menghambat kegiatan operasional perusahaan, sehingga kesempatan untuk memperbesar penjualan dan meningkatkan pendapatan akan tertunda. Dilain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuiditas perusahaan apabila kewajiban membayar utang jangka pendek terhambat.
Bambang Riyanto dalam buku “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan” menyatakan bahwa:
“Untuk menjaga modal kerja yang cukup, perusahaan perlu memperhatikan faktor periode perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period)dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi perputarannya (turnover rate-nya). Maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah makin kecil. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut”.
(2001:62)
Oleh karena itu, persediaan barang sebagai salah satu komponen modal kerja yang berpengaruh pada penentuan jumlah modal kerja yang diperlukan perusahaan.