Konsep Musim Semi

Musim semi merupakan salah satu dari empat musim di Jepang. Musim semi dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Musim semi merupakan musim setelah musim dingin dan sebelum musim panas.

Menurut Priest (1996:62-65) di daerah beriklim sedang, antara garis lintang 30 dan 40 derajat, terdapat empat musim. Bumi beredar mengelilingi matahari seraya berputar pada porosnya, yaitu garis antara kutub utara dan selatan. Karena poros itu miring pada sudut 23,5 derajat, maka jumlah panas yang diterima beriklim sedang berubah-ubah, yakni sangat banyak di musim panas, sangat sedikit pada musim dingin serta sedang-sedang saja pada musim semi maupun musim gugur. Pada musim semi panas matahari lebih banyak daripada musim dingin. Tetapi suhu belum sepanas musim panas. Cuaca musim semi hangat.Konsep-konsep musim semi menurut masyarakat Jepang, yaitu cuaca hangat, bunga-bunga bermekaran, dimulainya tahun ajaran baru, tunas-tunas mulai bertumbuhan (Priest, 1996:62-65).

Kemudian Morita (2009) menyatakan musim semi di Jepang dianggap sebagai musim pertama dalam satu tahun, walaupun musim semi bukan dimulai pada bulan Januari, yaitu bulan pertama tahun Masehi. Musim semi adalah awal dari tahun ajaran baru. Tidak hanya bagi pendidikan, tetapi para pekerja juga memulai bekerja pada musim tersebut.

Makna simbolis warna pink adalah bunga sakura yang juga menjadi simbol musim semi di Jepang (Fukuda dalam Ranny, 2008). Warna pink adalah warna yang disukai orang Jepang pada zaman kuno. Bahkan seorang biksu Buddha yang sangat terkenal pada zaman Heian (794-1185) membuat suatu pantun yang isinya harapan agar ia dapat meninggal di sekitar bunga sakura pada musim semi. Selain itu Howard (2008) menyatakan pink merupakan warna yang lembut, tidak secerah merah dan merupakan sisi manis dari warna merah. Karena warnanya yang lembut, pink dianggap sebagai warna yang feminim dan banyak digunakan oleh anak perempuan. Makna psikologis warna pink adalah rasa cinta, rasa romantis, sesuatu yang manis, kejenakaan, dan kasih sayang.

Lalu Mursidah (2003:21-22) menyatakan manusia menjadi hidup dalam kehidupan yang berubah. Pergaulan manusia dengan musim dan berbagai fenomena yang ditimbulkannya, memberikan pengalaman dan makna tertentu yang bersifat umum maupun pribadi. Dalam keseharian, musim sering digunakan sebagai ungkapan untuk menyatakan maksud bahasa tertentu. Salah satunya dengan makna simbolis dari musim semi yaitu usia remaja, jatuh cinta, semangat hidup.

Subscribe to receive free email updates: