Geotube merupakan salah satu contoh dari pemanfaatan sifat fleksibel geotekstil. Selain geotube terdapat pula pemodelan lain yang hampir menyerupai namun mempunyai fungsi yang agak berbeda, yaitu : geobag dan geocontainer. Pemakaian istilah geotube, bag dan container sangat variatif, tetapi pada dasarnya sama yaitu geotekstil yang diisi dengan bahan alamiah. Beberapa istilah yang mungkin sering ditemukan seperti sand / concrete sausages, sand sock, sand bag, sand pillow, Bolsaroca ( sand filled bag ), Bolsacreto ( concrete filled ), Colchacreto ( mortal filled ), dan masih banyak istilah lain yang digunakan.
Nama geotube, bag dan container sendiri merupakan nama yang diambil dari produk Nicolon GeoProduct Division ( 1994 ), yang kemudian menjadi istilah umum di kalangan teknik. Oleh Liu dan Silvester ( 1977 ), geotube didefinisikan sebagai lembaran – lembaran geotekstil yang dilem, dipanaskan maupun dijahit pada sisi – sisinya sehingga menjadi berbentuk tabung yang kemudian diisi penuh dengan campuran ( slurry ). Ukuran tube juga sangat bervariasi dengan panjang berkisar antara 10 – 150 meter dan diameter rata – rata 1 – 3 meter dalam kondisi bulat sempurna. Instalasi dapat dilakukan di daerah kering maupun pada kedalaman air hingga 5 meter.
Geocontainer mempunyai ukuran diameter yang lebih besar, umumnya disesuaikan dengan ukuran kapal hooper. Pasir diisikan ke dalam container yg dilapisi geotekstil kemudian dijahit. Geocontainer dijatuhkan ke dasar laut dengan hooper . Penggunaan geocontainer umumnya untuk kedalaman air > 5 meter . Geobag adalah pemodelan geotube dengan ukuran yang lebih kecil, umumnya diisi di tempat yang kering kemudian geobag diangkut ke lokasi konstruksi maupun dijatuhkan ke air ( geobag dapat digunakan pada kedalaman air yang cukup tinggi ).
Kelebihan dari geotube terdapat pada :
• bentuknya yang dapat mengikuti bentuk permukaan tanah,
• kemampuannya menahan partikel tanah namun pada saat yang bersamaan air dapat terdisipasi,
• instalasi yang mudah dan cepat bahkan dapat dilakukan di dalam air,
• berat tube yang cukup besar sehingga geotube stabil dalam konstruksi,
• harga yang relatif ekonomis, tergantung dari lokasi, ketersediaan material, alat dan tenaga kerja.
• ramah lingkungan
• dan tentunya kemudahan untuk memperoleh tube.
Prinsip dasar dari tube dalam aplikasi penanggulangan erosi adalah menahan butiran tanah yang terdapat di dalamnya, namun pada saat yang bersamaan air dapat mengalir keluar tanpa menghanyutkan butiran tanah. Oleh sebab itu, tube umumnya diisi dengan tanah yang bersifat non kohesif seperti pasir atau lumpur. Properti geotekstil yang harus diperhatikan adalah permeabilitasnya, bukaan pori dan kuat tarik. Untuk memperoleh ketinggian yang diinginkan, tube bisa saja diisi lebih dari satu kali, mengingat kandungan air pada larutan pasir cukup besar. Ketinggian dapat dicapai pula dengan menumpuk beberapa geotube.
Pada kasus – kasus tertentu, tube dapat diisi dengan campuran semen, terutama pada lokasi yang sulit memperoleh pasir atau lumpur, atau diperlukan tingkat kekakuan yang lebih tinggi. Sedangkan kekuatan material geotekstil disesuaikan dengan kebutuhan. Bila geotube kemungkinan besar mengalami benturan seperti pada dasar pelabuhan, kanal kapal, maka dibutuhkan geotekstil yang mempunyai tegangan tarik yang lebih besar ( di atas 50 kN/m ). Namun pada aplikasi penanggulangan erosi, tidak memerlukan tegangan tarik yang terlalu besar karena yang diutamakan adalah sifat penahan butiran tanah.
Beberapa alternatif untuk memperkuat geotube dapat dilakukan seperti pemberian angkur sehingga tube lebih stabil , pemberian lapisan tambahan geotekstil bagian dalam geotube ( terutama pada bagian jahitan ), atau setelah tube terisi penuh ditutupi dengan rip – rap / vegetasi.