Sejarah Perjalanan Kurikulum Di Indonesia

Sejarah Perjalanan Kurikulum Di Indonesia - Pendidikan sesungguhnya adalah transformasi budaya, sehingga persoalan budaya dan karakter bangsa yang kurang baik akan menjadi sorotan tajam masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. 

Selain di media masa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.

Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa, mengapa tidak karena pendidikan sesungguhnya adalah transformasi budaya. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat dalam waktu yang relatif lama sehingga membangun pendidikan sesungguhnya investasi jangka panjang.

Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education). Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), saat ini, memberikan perhatian yang lebih besar pada pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa sebelumnya.

Berikut ini adalah Sejarah Perjalanan Kurikulum Di Indonesia  dari tahun 1947 sampai dengan tahun 2004 (sebelum KTSP) adalah:

(1) Pada tahun 1947
  • Perubahan kisi-kisi pendidikan dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional
  • Asas Pendidikan ditetapkan: Panca Sila
  • Baru dilaksanakan di sekolah-sekolah tahun 1950
  • Memuat dua hal pokok: 1. Daftar mata pelajaran; 2. garis-garis pengajaran
  • Mengurangi pendidikan pikiran, mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, mteri pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian thd kesenian dan pendidikan jasmani.
(2) Tahun 1952 :
  • Lebih merinci setiap mata pelajaran
  • Silabus lebih jelas, satu guru mengajar satu mapel
(3) Tahun 1954 (kurikulum gaya lama):
  • Tujuan Pembelajaran tidak dinyatakan secara jelas
(4) Tahun 1962 (kurikulum gaya baru
  • Mempercepat pembangunan nasional
  • Membangun hubungan dengan bangsa-bangsa lain
  • Menjalankan kebijakan luar negeri negara
(5) Tahun 1964
  • Fokus pada pengembangan daya, cipta, rasa, karsa, dan moral (pancawardhana)
  • Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 5 kelompok bidang studi: 1. moral; 2. kecerdasan; 3. emosional/artistik; 4. keprigelan (ketrampilan); 5. jasmaniah
  • Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis
(6) Tahun 1968
  • Merupakan revisi Kurikulum 1964, yg dicitrakan sebgai produk orde lama
  • Tujuan: membentuk manusia Panca Sila seutuhnya.
  • Menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Panca Sila, Pengetahuan Dasar, dan Kecakapan Khusus
  • Jumlah mata pelajaran : 9.
  • Muatan materi bersifat teoritis, tdk mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan
  • Titik berat: materi apa saja yg tepat diberikan kepada siswa di tiap jenjang pendidikan
(7) Tahun 1975
  • Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif
  • Dipengaruhi oleh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (Management by Objective)
  • Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
  • Lahir istilah Satpel (Satuan pelajaran), yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan
  • Setiap satpel dirinci lagi: Tujuan Instruksional Umum, Tujuan Instruksional Khusus, Materi Pelajaran, Alat pelajaran, Kegiatan Belajar-Mengajar, dan Evaluasi
  • Banyak dikritik karena guru banyak dibuat sibuk menulis rincian dari setiap kegiatan pembelajaran
(8) Tahun 1984
  • Mengusung process skill approach (pendekatan ketrampilan proses), dg tetap menganggap penting faktor tujuan
  • Sering juga disebut ‘Kurikulum 1975 yg disempurnakan’
  • Siswa diposisikan sebagai subyek belajar (mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan).
  • Model pembelajaran ini disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), atau SAL (Student Active Learning).
  • Tokoh penting dibalik lahirnya Kur. 1984 adalah Prof. Conny R. Semiawan (Kepala Puskur1980-1986), juga Rektor IKIP Jakarta (1984-1992).
  • Konsep CBSA yg bagus secara teori dan bagus hasilnya ketika di sekolah-sekolah yg dujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat dilaksanakan secara nasional.
  • Yang menonjol hanyalah kegaduhan waktu diskusi, dan di sana-sini ada tempelan gambar-gambar , guru tak lagi mengajar model ceramah.
  • Banyak bermunculan penolakan thd CBSA
(9) Tahun 1994 Suplemen tahun 1999
  • Merupakan upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya (Kur. 1975 & Kur. 1984), yaitu pendekatan tujuan dan proses.
  • Banyak mendapatkan kritik karena beban belajar siswa terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
  • Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
  • Menjelma menjadi kurikulum super padat
  • Diterbitkan Suplemen Kurikulum 1999, berisi pengaturan pada materi yg di Kur. 1994 diserahkan pengurutannya kepada para guru
(10) Tahun 2004
  • Juga dikenal dengan KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi).
  • Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apa yg mesti dicapai.
  • Muncul kerancuan bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yaitu ujian!, baik yg berupa ujian nasional maupun ujian akhir sekolah dengan soal pilihan ganda.
  • Mestinya lebih banyak pada praktek dan soal uraian terbuka untuk mengukur tingkat kompetensi siswa.
  • Banyak guru juga belum memahami esensi dari KBK
  • Sampai akhirnya diganti, Kurikulum 2004 masih dalam taraf uji coba
(11)KTSP
  • Ditinjau dari segi isi dan proses pencapaian taget kompetensi pelajaran oleh siswa dan teknis penilaiannya tidaklah (banyak) berbeda dengan Kurikulum 2004.
  • Perbedaan dengan Kurikulum 2004 yg paling tampak ialah bahwa guru lebih diberikan kebebasan utk merencanakan pembelajaran sesuai dg kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
  • Pemerintah- dalam hal ini Depdiknas, hanya menetapkan kerangka dasar, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran.
  • Selebihnya, (indikator, materi, maupun penilaiannya) diserahkan kepada para guru & satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi pemerintah kab./kota.
Uraian di atas menunjukkan bahwa penyusunan KTSP sebagai landasan pengelolaan pembelajaran pada satuan pendidikan yang dapat merespon pendidikan sebagai transformasi budaya yang pada akhirnya menghasilkan luaran pendidikan yang beriptek dan berimtaq dapat tewujud dengan cataan sumber daya manusia pengelolah satuan pendidikan memiliki kualitas yang memadai.

Pengawas sekolah yang merupakan Jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan (Permenpan dan RB no. 21 Th 2010). Oleh sebab itu maka pengawas sekolah memegang peran yang stragis untuk membantu satuan pendidikan dalam pengelolaan untuk mewujudkan luaran satuan pendidikan yang berkarakter. Olehyang itu bagaimana implementasi pendidikan karatek bangsa kedalam KTSP

Subscribe to receive free email updates: